Monday, December 15, 2008

Eternity

Last weekend gua banyak diingetin lagi soal perspektif kekekalan (eternity). Entah kenapa hal itu terus muncul di pikiran. Lewat hal2 yang gua baca maupun lewat kata2 orang lain.

Dimulai dari hari Jumat waktu gua beli berita harian TST dan baca berita headline tentang meninggalnya Pa Ali Alatas, mantan Menteri Luar Negeri Indo. Gua kaget banget, soalnya gua sebelumnya ga denger kabar kalo beliau itu sedang dirawat di Sg.

Buat orang Indonesia yang belajar Hubungan Internasional, dia itu "sesepuh", a very respected figure, diplomat terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Menurut gua sih sampe sekarang belon ada tandingannya.

Anyway, gua baca2 koran.... Banyak banget testimonials tentang beliau. Semuanya bagus2. TST sendiri memuat tentang beliau sebanyak 3 halaman. Banyak kan? Belum lagi media2 massa di seluruh dunia. Bener2 salut ada orang Indonesia yang seperti beliau, orang yang punya dampak besar.

Setelah selesai terkagum2, mulailah merenung2... about death... and about life...
Dalam perspektif dunia, yup, beliau orang "besar" dan dihormati. Meninggalkan legacy yang luar biasa. Menabur pujian di mana2. Menginspirasi orang2.
Sempet kepikiran, "Tapi... hmm... sayang cuman sementara..."
Itu perenungan yang sesaat banget. Gua ga merenung lebih jauh soalnya masih harus ngerjain hal2 yang laen.

Hari Sabtu mulai kepikiran lagi, soalnya Pa Albert di dalam Youth Fellowship (YF) mengangkat berita tentang Pa Ali. Ternyata beliau juga cukup mengagumi Pa Ali. Menurut Pa Albert, Pa Ali itu "berpolitik secara anggun" :)
Pa Albert meng-encourage kita buat merenungi lagi hidup kita ini. Beliau memberikan perbandingan antara tokoh "dunia" dan tokoh misi.

Beberapa pemikiran pribadi yang timbul dari sharing beliau:
-Dunia ini cuma sementara. Mungkin cuma beberapa ribu taun, terbatas oleh waktu. Tapi seudah mati ada apa? Ada kekekalan, kondisi yang ga dibatesin waktu. Kita bakal ada di sana selamanya.
-Tokoh "dunia" itu berpikir dalam perspektif yang sementara. Ya, mereka bisa contribute besar banget terhadap perdamaian dunia, terhadap pendidikan, terhadap kesehatan dll. Tapi mereka kontribusi mereka ga bertahan lama. Bakal abis dimakan waktu. Waktu dunia berakhir, berakhir pula kontribusi & peninggalan mereka. Orang2 yang mereka tolong toh tetep bakal mati & binasa.
-Tokoh misi. Mungkin kontribusi mereka cuma buat 1 suku terpencil yang cuma puluhan ato ratusan orang. Tapi peninggalan yg mereka tinggalin itu sifatnya kekal, ga abis dimakan waktu. Mereka dipake jadi sarana buat memperkenalkan orang terhadap hidup yang kekal.

Pertanyaan Pa Albert adalah, "Bagaimana dengan kalian? Kalian pengen hidup yang seperti apa?"

Ita yang over confident pengennya jawab, "Pengen yang contribute buat banyak orang dan ninggalin legacy yang kekal!" ;p

Yah... Dengerin sharing nya Pa Albert tentang tokoh2 misi membuat gua lebih didorong buat SELALU berpikir dalam perpektif kekekalan. Menjadi berkat buat orang lain, bukan cuma secara fisik (ngasih barang, sumbangan) dan secara psikis (menjadi pendengar, ngasih encouragement) tapi juga secara spiritual (ngingetin mereka apa yang bakal terjadi seudah mati. Apa bakal binasa ato bakal hidup kekal?). Hmmm... ga mudah sih... karena otak gua agak terkontaminasi dunia :p Dan lewat diskusi sama temen2, kita berkesimpulan ga mudah juga ngelakuinnya ke orang2 yang terdekat sama kita (keluarga, temen, colleague dll). Tapi bukan berarti ga mungkin...
OK, Ta. Berjuang! Semangat! *meng-encourage diri sendiri :p*

Lanjut...

Pas pulang dari YF gua lanjutin baca buku "Life Sentences" karangan Warren W. Wiersbe. Apa yang gua baca?

All true believers of Jesus Christ have their citizenship in heaven (Luke 10:20; Phil 3:19-20) and don't belong to the world system that so fascinates Cain's descendants (John 17:14-17). But "the son of this world are more shrewd in their generation that the sons of light," said Jesus (Luke 16:8 NKJV)-and they are. They know how to make money and achieve what the world calls "success," but they enjoy it only "in their generation". They can't see beyond this world and never seem to take eternity into consideration. Consequently, what they live for won't bring satisfaction and won't last. Scripture bears this out:
The world and its desires pass away, but the man who does the will of God lives forever. - 1 John 2:17

Wew. Nyambung banget sama apa yang udah dibahas di YF.

Next...

KKR Natal di SP juga ngingetin lagi soal kekekalan. Yesus itu adalah Allah yang kekal yang rela masuk ke dalam sejarah dunia yang ga kekal. Dan again, Pa Stephen juga ngingetin lagi soal berpikir dengan perspektif kekekalan. Untuk pembahasan yang lebih komprehensif (dan padat) soal perspektif kekekalan, gua mo suggest temen2 baca buku karangan Pa Stephen Tong yang judulnya "Waktu & Hikmat". Bukunya ga tebel koq :p (cuma 61 halaman). Gua punya bukunya. Yang berminat bisa leave comment di blog ini, ato sms, chatting, email.

Yah... begitulah rangkaian "weekend penuh kekekalan" yang gua alami :) Ga enak juga sampe diingetin berkali2 kaya' gini... Tinggal ditunggu prakteknya...

No comments: