Tuesday, September 30, 2008
Lagi pengen nyanyi "Prayer of St. Francis"
There are many versions of the song, but the version we sang was the one similar to this version. Watch it, enjoy the song and contemplate the lyric!
Prayer of St. Francis (original version)
Lord, make me an instrument of thy PEACE.
Where there is hatred, let me sow LOVE;
Where there is injury, PARDON;
Where there is doubt, FAITH;
Where there is despair, HOPE;
Where there is darkness, LIGHT;
Where there is sadness, JOY.
O divine Master, grant that I may not so much seek
To be consoled as to console,
To be understood as to understand,
To be loved as to love;
For it is in giving that we receive;
It is in pardoning that we are pardoned;
It is in dying that we are born to eternal life.
Ahhh... mimpi yang sangat tinggi!
Sometimes I feel that I won't be able to make it...
Udah ampir pengen nyerah...
Pengen terus ngerasa kesel... pengen sekali2 ga peduli...
Tapi gua tau itu ga boleh.
Coz my life is not mine rite? It's Yours... MUST set aside what I wanna do and live according to Your will...
My heart really wanna rebel, Lord, so pleaseee, grant me PERSISTENCE...
I REFUSE TO GIVE UP, AND I DON'T WANT TO BE APATHETIC.
Hahhh... gua ga mau cuma bisa nyanyi doank... gua pengen bisa aplikasiin...
Foto2 Entah dari Kapan
Indo Fun Nite @Costa del Sol
"Inilah senyum kemenangan! (senyum sesudah perut penuh)"
bersama temen2 les bahasa Jepang @Fish & Co. Bugis
"Detik2 sebelum panggung mahligai pernikahan itu roboh karena overload :)"Ci Debby's wedding @Grand Eastern Bandung
"Miss you guys! Hidup Youth GKIm GLORIA (GeLO dan RIA)!"
Youth Fellowship @GKIm Gloria Bandung
A recommendation for Jap's food lover: Sakae Isakaya (@Changi T3 or Sentosa)
Thursday, September 18, 2008
Stand Up and Be Counted
Di tengah maraknya kampanye Pemilihan Presiden AS dan persiapan Indonesia buat Pemilu 2009, gua membaca renungan yang related dengan pemilu. Anggap aja sebagai satu masukan. Diambil dari "From Faith to Faith: A Daily Guide to Victory" by Kenneth and Gloria Copeland.
Scripture reading: 1 Timothy 2:1-8
"I exhort therefore, that, first of all, supplications, prayers, intercessions, and giving of thanks, be made for all men; for kings, and for all that are in authority; that we may lead a quiet and peacable life in all godliness and honesty" - 1 Timothy 2:1-2
We are commanded to pray for our country and our leaders. But having prayed, God expects us to act. The elections in the United States are vital to the future of this nation. Our country is in the midst of a spiritual outpouring, and it's vitally important that the right people be elected. We must see to it.
Don't wait until election time is upon as before you start seeking God for whom to vote. Begin to pray now so that the news media and other voices from every corner cannot draw you in a direction away from the Spirit of God. Pray so that you won't be influenced by natural reactions and natural responses to cleverly designed commercials and ideas.
Start praying now about the coming elections. Whether they are small local elections or major national elections, make them a part of every prayer you pray. Then thank the spirit of God for His wisdom concerning for whom to vote. Thank Him for giving you His wisdom about what to say and when to say it to others. Thank Him for giving you wisdom to declare the Name of Jesus and declare that this shall be a God-indwelt, God-ordained, God-overseen administration.
So register. Pray. Vote. Then stand up and be counted by the power of the living God.
Quote dari "Laskar Pelangi"
Warning! Ini mengandung spoiler!
Beberapa hari lalu gua selesai baca novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata. Ada satu paragraf yang kadang masih terngiang2 di kepala gua sampe bikin gua membuka halaman itu dan ngebacanya lagi.
"... maka sekarang aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Aku mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan." - Laskar Pelangi, oleh Andrea Hirata, halaman 472
Kalo baca bukunya dari awal, pas baca paragraf ini pasti feeling-nya dapet banget. Bakal baca sambil membara-bara deh!
Keturunan?
Baru aja dikasih tau temen soal film Indo baru, judulnya "Kita Punya Bendera". Bercerita tentang seorang anak keturunan Tionghoa yang mengalami semacam 'krisis identitas'. Terutama waktu disuruh ngisi formulir dan di dalemnya ditanya soal 'Keturunan'.
Buat lebih jelasnya silakan liat trailernya di sini dan baca reviewnya di sini dan di sini.
Gua sendiri ngalemin hal yang sama kaya' Timmy. Ga di Indo... ga di Sg... pertanyaan ini selalu ditanyain. Dan gua sampe sekarang kadang suka bingung mo jawab apa. 'Krisis identitas' nih :)
Waktu sekolah, sering banget disuruh ngisi formulir yg nanyain soal suku/etnis/keturunan, gua kadang mikir dulu mo jawab apa. Pengennya sih jawab "Sunda", soalnya gua lahir & besar di Bandung, SD-SMP belajar bahasa Sunda, di rumah pun pake Sunda, ngobrol sama beberapa temen pun pake Sunda, ga pernah pake Mandarin. Tapi... kalo gua jawab Sunda, pasti ntar heboh dan dipanggil guru. Hehe... Lagipula orang Sunda nya juga emang mau ngakuin gua sebagai bagian dari mereka? :p
Waktu di Sg... Pas interview gua suka ditanya, "Are you Indonesian?".
Ya gua jawab "Yes."
Tapi biasanya si penanya bakal nanya lagi, "You mean... Indonesia-Indonesian?"
Kalo dah gini gua bakal mengernyitkan dahi. Berhenti sebentar. Udah pengen banget ngomong, "Maksud loe !?! Ambigu banget. Apa maksudnya 'Indonesia-Indonesian'? Bahasanya ga sophisticated banget si! Bilang aja native ato indigenous!"
Tapi biasanya dengan sabar gua bakal jawab, "Errmm... I'm Indonesian"
"Chinese-Indonesian?" (biasanya sambil ikut2an mengernyitkan dahi dan nadanya mulai hati2)
"Well... some people refer as that, but I prefer to be referred as 'Indonesian'"
"But you are Chinese descendant, rite?"
Duuhhhh... ni orang ngotot banget! Ya udah, gua jawab, "Yes."
Baru mereka menunjukkan tampang lega karena dah dapet jawaban.
Dan gua jadi bete :(
Another case, waktu gua di Imigrasi Sg, waktu pengurusan Permanent Resident. Petugasnya bilang kalo gua harus ngisi pilihan soal ras. Gua tanya pilihannya ada apa aja. Dia kasih liat di layar komputernya. Ada Chinese, Hokkien, Indian, Malay, dll.
Terus gua tanya, "Do you have 'Indonesian' as a choice?"
Si petugasnya, dan juga seorang staff penyedia jasa imigrasi yang nemenin gua ke kantor imigrasi, masang tampang bingung.
"Ermm... No." kata petugasnya.
"Okay then... Chinese."
Kasus terakhir yang gua alemin tuh sekitar 2 minggu lalu waktu gua pergi sama sahabat karib gua di Jakarta nemenin dia ke rumah ortu cowonya. *I know...it's kinda weird, but I have to go there :)* Pacarnya sahabat gua tuh orang Batak.
Waktu di rumahnya, gua diajak ngobrol sama bokapnya cowonya temen gua.
"Ade' namanya siapa?"
"Ita, Om."
"Kristen?"
"Iya, Om."
"Ahh... bagus... bagus... Kita itu punya satu Tuhan. Ga peduli Batak, ga peduli Manado, semuanya satu di hadapan Kristus."
"Bener, Om."
Lalu si Om cerita2 sedikit soal rumahnya. Ga lama kemudian Om nanya lagi, "Ade orang apa?"
"Lahir di Bandung, Om"
"O.. orang apa ya?"
Baru ngeh ternyata si Om nanya soal suku.
"Ermm... Sunda, Om."
"Hah! Orang Sunda? Ga ada orang Sunda yang putih kaya' gini."
"Err... keturunan Tionghoa, Om."
"O.. ya.. pantes.. pantes.. keturunan ya.."
Haha! Si Om emang lucu. Ternyata beliau penasaran juga. Dan mungkin nganggep gua orang Manado (yg katanya kulitnya putih)
What an experience! Dipikir2... nekat juga gua jawab Sunda :p
Well.. yg jelas gua personally masih bingung. Gua tau faktanya kalo gua keturunan Tionghoa. Tapi diliat dari kehidupan gua sehari2, ga bisa dibilang Tionghoa juga. Lebih keliatan Sunda daripada Tionghoa.
Kalo mo jujur, dalam opini pribadi gua, istilah "Chinese-Indonesian" (C-I) itu seharusnya dihapus. Istilah pembentuk tembok pemisah kaya' gitu, menurut gua, ga usah ada lah.
Yah... tapi memang hal kaya' gitu ga memungkinkan. Kehidupan berbangsa & bernegara itu ada aturannya sendiri. Scholar2 juga masih memerlukan istilah C-I dalam research2 yang mereka jalani tentang relasi & proses asimilasi C-I dengan pribumi.
Kalo ditilik2, istilah C-I emang agak riskan karena sejarahnya juga. Sebenernya akar permasalahan dimulai dari masa penjajahan Belanda dimana penjajah menetapkan pemisahan menjadi 3 strata: strata paling tinggi adalah Belanda & keturunannya, di bawahnya adalah Timur Asing (Chinese termasuk di sini), di bawahnya lagi pribumi (pri). Chinese (C) diberi hak mengurus segala hal berbau bisnis/perdagangan dan orang pri mengurus pemerintahan. C dikasih perumahan tersendiri yang terpisah. Jelas asimilasi jadi sulit. Dan karena ngurus perdagangan, C jadi lebih banyak duit, lebih makmur daripada pri. Apakah ini bisa dibilang adil?
Lanjut... jelas pri pengen juga banyak duit donk, dan satu2nya hal yang bisa mereka bisa pake sebagai 'alat' cari duit adalah kedudukan mereka sebagai pejabat pemerintahan. Mereka punya otoritas mengatur peraturan & perijinan dagang.
Bayangin... C punya duit, pri punya kedudukan... ada yang bisa dibarter donk... ada simbiosis mutualisme... dan di situ dimulailah yang namanya korupsi... C kasih duit, pri 'meloloskan'/'mempermudah'...
Jelas waktu itu mereka belon mengenal istilah 'korupsi'. Buat mereka, praktek itu merupakan praktek yang wajar dan, bahayanya, jadi mendarah daging.
Bayangin apa yang udah diwariskan oleh penjajahan Belanda terhadap kehidupan sosial Indonesia. Pengkotak-kotakan etnis dan korupsi. Warisan yang, menurut gua, sangat buruk. Apa mo kita pertahanin warisan yang kaya begini?
Kembali ke soal keturunan. Masih banyak hal yang harus gua 'beresin' soal persepsi gua terhadap latar belakang gua. Tapi yang jelas, kalo gua ditanya, gua ga bakal bilang kalo gua C-I, kecuali terpaksa banget. "Indonesia" aja udah cukup.
Hidup Indonesia satu! :)
Wednesday, September 17, 2008
Indo & Sg
"Home is where your heart is."
So... sekarang mana yang elu consider sebagai 'home'? Indo? ato Sg?
Pusink yeuh... Kalo lg di Sg pengen balik Indo, tapi pas Indo juga kangen Sg. *Jadi maunya apa sih?*
Gua cinta ma Indo. Gua bener2 sadar kalo Tuhan punya maksud tertentu kalo sampe gua dilahirin di Indo.
Hubungan gua sama Indo emang sempet mengalami pasang surut. Dulu waktu kecil gua bangga banget jadi orang Indo, negara berkembang yg kemajuannya pesat. Menginjak remaja, esp mulai tahun 96an, rasa kebanggaan itu pudar diganti rasa benci. Hal ini sedikit banyak karena krisis multidimensi yang melanda Indo dan pelampiasan 'rasa tidak suka' yang ditumpuk bertaun2 dan akhirnya memuncak pada tindakan anarkis berbau diskriminasi di dalam kerusuhan2 yang terjadi.
Keluarga gua kena imbas langsung dari salah satu kerusuhan. Pada kerusuhan di kota T, ruko adik mama gua dijarah dan seudah itu dibakar habis oleh massa yang kalab. Bener2 habis. Ga ada yang tersisa.
Waktu perisitiwa itu terjadi, di ruko itu ada buyut gua (mamanya kakek) yang memang tinggal di sana & saat itu lagi jaga toko. Waktu itu umurnya 90 lebih dan hanya ditemani seorang suster yang usianya juga udah tua. Adik mama lagi ga ada di toko karena lagi ada keperluan di luar. Untungnya, di tengah kerumunan massa yg masuk & menjarah toko, masih ada orang yg 'waras' yang manggil tukang becak & minta nganter mereka berdua dengan selamat ke rumah kakek gua.
Semenjak itu, adik mama gua mulai usaha lagi dari nol, kerja sebagai sales di perusahaan pasta gigi. Sedangkan buyut gua kondisi kesehatannya menurun drastis, dan ga lama kemudian beliau meninggal. Anggota keluarga menduga beliau trauma karena ngeliat langsung kerusuhan yang terjadi di ruko itu.
Kejadian itulah yang memicu kebencian gua sama negara ini. Dalam hati, gua menyalahkan peristiwa kerusuhan itu, gua menyalahkan orang2nya. Gua ga bisa terima. Gua marah. Gua terus mencari2 kesalahan bangsa ini.
Tapi... Tuhan emang punya rencana tersendiri...
Kalo ga ada kejadian2 buruk di Indo, mungkin gua akan berteriak2 "Gua bangga jadi anak Indo" dengan tanpa makna yang dalem & meresap :)
Kejadian2 kerusuhan itulah yang bikin gua mulai bertanya, "Kenapa sih gua lahir & dibesarin di sini? Di tengah negara yang ga ada harapan ini. Di tengah bangsa yang carut marut begini?"
Pertanyaan itu terus tertanam. Dan gua bertekad harus dapet jawabannya.
Well... thanks GOD kalo pencarian jawaban gua diarahin ke arah yang bener :) Sedikit demi sedikit jawaban mulai dibukakan.
"Forgive. Love the person who's unfair to you."
"Be compassionate to this nation."
"Be MY light who shines in the darkness of this world."
Definitely not easy, but doesn't mean not possible.
Masuk jurusan Hubungan Internasional (HI) bikin gua lebih kenal negara ini dan kebobrokannya. Tapi bukan berarti ini bikin gua jadi kembali benci negara ini. Sebaliknya, gua tambah 'terbeban' & compassionate buat bangsa ini. Masuk HI pun memperluas cara pandang gua. Dulu gua berpikir (dan sampe sekarang banyak orang masih berpikir) "Kalo elu cinta Indo kenapa sekolah, kuliah, kerja di luar negeri? Ninggalin Indo". Jelas ini pemikiran yang salah. Diplomat dan duta besar ada orang yang berjuang di luar negeri buat mempertahankan nama baik Indo. Dan semua orang Indo yang di luar negeri adalah "diplomat2 dan duta2 kecil" buat Indo. So... buat gua & orang2 Indo yang ada di luar negeri... please behave! Jaga nama baik Indo!
And here I am, permanent resident of Singapore... Gua juga bersyukur banget sama Tuhan kalo gua boleh diijinin mengecap kehidupan di luar Indo (in this case Sg). Selama di Sg gua ngerasa 'bertumbuh', spiritually, mentally, & physically *sampe overweight begini :)* Gua sadar kalo gua tetep tinggal di Indo gua bakal jadi anak 'manja', ga bakal sedewasa & semandiri sekarang.
Dan kalo satu saat gua harus ninggalin Sg, jujur gua ngerasa berat. This country has taught me many new things about life, about dream, about how small & incompetent I am, about opportunities, about potential, about willingness to always improve, about struggle, about determination, about relationships, and... about how wonderful Indo is :)
Hahh... kangen Sg ni... :)
Tuesday, September 9, 2008
Give Blood, Save Lives
Hari Minggu kemaren di gereja gua di Bandung ada kegiatan donor darah. Singkat cerita, gua berpartisipasi. Selama gua di Bandung dulu emang gua beberapa kali nyumbang darah. Selama 2 taun di Sg gua ga pernah nyumbang. Pikir gua, "Buat apa nyumbang darah buat orang Sg? Mending gua sumbang di Indo, buat orang Indo." *Nasionalisme :p*
Jadi pengen ngomong2 soal donor darah.
Pada mulanya...
Dari dulu setiap kali gereja ngadain acara donor darah emang gua pengen donor darah. Gua berusaha nanya sama mama gua boleh ga gua donor. Mama gua ga setuju, dengan alasan takut jarum yang dipake buat ngambil darahnya ga bersih. Jadi gua selalu ngurungin niat buat donor.
Pengalaman pertama donor darah tuh terjadi di taun 2005. Waktu itu gua di gereja. Temen gua terima sms yg isinya bilang kalo ada seseorang yang urgently butuh beberapa labu darah golongan A untuk operasi. Persediaan darah gol A di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bandung waktu itu udah abis (dan emang kasus PMI keabisan darah kaya' gini SERING BANGET TERJADI!!!). Dan kalo orang itu ga operasi secepetnya, udah dipastiin dia bakal meninggal.
Well... waktu itu agak dilema juga... soalnya gua termasuk anak yang nurut sama ortu. Tapi hati nurani gua bilang gua harus donor. Kalo misalnya gua telpon minta ijin ortu, udah dipastiin ortu ga bakal ngijinin. Jadi gua "diem2 membangkang", minta temen anterin ke PMI, soalnya ada temen orang itu yg nunggu dikantor PMI.
Nyampe di PMI sepi banget, soalnya udah di luar jam kerja. Tegang juga... pengalaman pertama bo! Gua melewati beberapa prosedur (menguji apakah gua layak/bisa donor ato ga):
1. Tes darah: Simple kok. Sample darah diambil dari jari tengah tangan kanan. Beberapa detik juga beres.
2. Tes Hemoglobin (zat pembeku darah)
3. Ukur berat badan: Ada minimal berat badan.
4. Ukur tekanan darah: Kalo tekanan darahnya terlalu rendah ato terlalu tinggi juga ga bakal boleh donor.
Setelas lolos uji, gua dinyatakan layak pakai :) Ya udah, darah gua diambil. Ternyata ga semengerikan yang gua kira. Biasa aja kok, ga sakit.. ga pusing.. Seudah donor dikasih makan & minum lho! Hohoho...
Beberapa hari kemudian, gua tanya temen gua gimana keadaan orang itu. Temen gua bilang dia dapetin darah yang dibutuhin, udah operasi, dan tinggal nunggu pemulihan. Gua seneng banget bisa jadi bagian dari proses kesembuhan orang itu! Pengalaman yang ga bisa dilupain seumur hidup! :)
Kenapa gua donor?
1. Coz I was saved by HIS blood :)
2. Karena kebutuhan: Permintaan terhadap darah itu ga pernah abis2. Bahkan bisa dibilang PMI selalu kekurangan persediaan. Most of the time, keluarga pasien harus nyari2 orang dulu buat donor karena ga ada persediaan darah di PMI. Gawat banget klo sampe pasien ga dapet cukup darah...
3. Karena mau & capable: dari segi usia, berat badan, tes darah, tekanan darah. Dan gua yakin masih BANYAK BANGET orang laen yang capable tapi belom donor. Termasuk kalian yang baca blog ini? :)
4. Demi mendapatkan beberapa potong kue marie (ato telur rebus) dan teh Sosro rasa apel kesukaan gua :p
Tips buat yang mo donor
1. Dateng aja ke kantor PMI terdekat. Mereka bakal welcome banget kalo denger elu berminat donor. Jangan lupa cek jam buka kantornya. Ato bisa juga lewat kegiatan2 sosial yang diadain sama satu organisasi tertentu.
2. Malem sebelum donor tolong tidur yang cukup (sekitar 8 jam).
3. Sarapan, makan siang, makan malem yang cukup.
4. Bulatkan tekad :)
Pesan sponsor
Donor! Because...
"Your blood is replaceable... a life is not..."
Last but not least, watch this video! Gua suka banget! Ini suka ditayangin di TV yang ada di stasiun MRT di Singapore.
More information & statistics (esp. for US) can be found in this video.
Tuesday, September 2, 2008
Pulang Indo :)
Akhirnya back to Bandung!
FYI, gua di Indo dari tanggal 30 Agustus-22 September. Kalo perlu ngeghubungin, no Indo gua (62)81394894018.
Ada beberapa cerita dari perjalanan pulang kemaren...
1. Cerita tentang kebetulan *ato pertanda?*
Jadi begini... alasan gua memilih pulang ke Jakarta tanggal 30 Agustus tuh supaya gua bisa dateng ke acara pameran pendidikan Jepang di Jakarta Convention Centre hari Minggunya (31 Agustus). Entah kenapa, selama perjalanan pulang kemaren banyak diperhadapkan dengan hal2 berwangi Jepang, terutama hari Sabtu. Bermula dari les Jepang di Sabtu pagi *ini sih biasa*, terus pas gua nunggu boarding pesawat ternyata TV di ruangan itu nyiarin acara Japan Hour (tentang travel keliling2 Jepang) di Saluran-Berita-Asia. Gua nonton2 sambil smsan sama temen di Oz yang udah pernah ke Jepang. Dia bener2 bikin gua ngiler pengen ke Jepang.
Cerita berlanjut ketika naek pesawat. Gua klo naek pesawat selalu pilih seat yang deket jendela *biar bisa liat pemandangan di luar*. Waktu gua duduk, plek, gua liat jendela di sebelah kiri. Ternyata... pesawat Japan Airlines! Dalam hati gua berkata, "Sabar... sabar... kapan2 elu bakal naekin tuh pesawat!"
Lanjut lagi... pas pesawat mendarat di Sokarno-Hatta... pemandangan jendela kembali menunjukkan pesawat Japan Airlines. Oh! Tidak! Dari manakah datangnya semua godaan ini? Gua jadi bener2 berpikir... Kebetulankah? Pertandakah? *Maksudnya pertanda gua harus ke Jepang. Hohoho...* Klo emang pertanda, memang sebegitu bodohkah daku sampe harus dikasih tanda2 yang obvious & bertubi2 kaya gitu?
2. Cerita tentang pengalaman pertama
Banyak hal baru yang gua lakuin di Jakarta kemaren:
-Naek bajaj. Yup, ini keinginan gua dari dulu yang ga pernah kesampean *kasian amet deh lu!*
-Naek busway. Kesampean juga! :) Buset bo! Kapok juga naek busway! Ngantri nya itu lho... Lama dan berdempet2an... Kepanasan...
*btw, thanks banget buat sahabat gua & cowonya yang udah bersabar mengikuti keinginan gua yang agak2 aneh*
-Pergi ke 2 mall baru, Senayan City dan Grand Indonesia.
-Nyobain makanan baru! Di antaranya *catet! DI ANTARANYA, bukan semuanya*: Soto Kudus *konon ini untuk orang2 yang tidak kudus seperti gua :p*, ayam bakar Chicken Story, es krim Dairy Queen, Bakso Lapangan Tembak Senayan. Huahaha! Ngiler ngiler deh :p
-Public figure yang pertama kalinya gua liat secara langsung: Tukul, Dewi Rezer, dan Sydney Mohede
3. Cerita tentang ditinggalin
Jadi... sahabat gua tuh udah pesenin travel buat gua buat hari Senen jam 8. Kita berdua bangun jam 6.30... mandi... berangkat jam 7.40an... bangunin supir taksi yang lagi tidur di pinggir jalan (beneran!).
Ga disangka, ternyata macet! Sobat gua ngira ga bakal macet soalnya hari pertama puasa (sekolah2 pada libur). Sampe jam 8.05 belon nyampe tempat travelnya. Akhirnya ditinggalin deh...
Untung temen gua siaga (siap-antar-jaga). Dia langsung telpon travel laen dan booking jam 9. Jadi gua balik jam 9. Nyampe Bandung jam 11.